Gagal menjadi calon Gubernur Jawa Tengah (Jateng) melalui Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) agaknya membuat Prof. Eko Budihardjo kapok memasuki gelanggang politik kembali.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu di hari Kamis mengatakan bahwa sejumlah partai politik peserta pemilihan umum (Pemilu) 2009 mencoba mendekatinya untuk dijadikan calon anggota legislatif.
"Akan tetapi, sudahlah. Mengikuti fit and proper test ketika melamar menjadi calon gubernur telah memberi pengalaman politik luar biasa. Itu sudah cukup bagi saya," katanya melalui telepon.
Sekarang pakar tata kota tersebut mengabaikan tawaran partai politik (parpol) untuk menjadi calon legislatif (caleg) itu berangkat dari sebuah kesadaran bahwa habitatnya sesungguhnya memang kampus, bukan parlemen.
"Saya merasa lebih bergairah bila berada di kampus. Saya begitu `enjoy` ketika membimbing mahasiswa S-2 atau S-3," ujar Eko, yang sukses mengantarkan Universitas Diponegoro (Undip) masuk peringkat 500 perguruan tinggi terbaik dunia.
Tanpa menjadi politikus, Eko mengaku bahwa tetap bisa berkomunikasi dengan masyarakat luas karena sebagai intelektual, penulis, dan budayawan, jadwal untuk berbicara di berbagai forum masih begitu padat.
Dari forum seperti itulah Eko menyumbangkan gagasannya. Bukan hanya tingkat lokal dan nasional, melainkan di tingkat internasional.
Dalam waktu dekat, Eko bertolak ke Filipina untuk berbicara mengenai pembangunan perkotaan di Indonesia